Mana Berkatnya???

10.34

Kebanyakan orang pasti setuju kalau belakangan ini, kondisi ekonomi yang carut marut bikin hidup makin susah. Semua serba mahal, sehingga harus mengencangkan ikat pinggang supaya bisa bertahan hidup. Kesusahan ini juga menimpa pekerja kantoran termasuk gue. Gue bukannya nggak bersyukur, tapi gue akui susah bangeet mencukupkan diri untuk 1 bulan dengan gaji yang ada, bukan karena gue terlalu hedon belanja tapi emang gue merasa harga pada naik. Yang punya usaha sendiri juga mengeluhkan hal yang sama, toko sepi L

Well, gue nggak tau ini related atau nggak, cuma kondisi ini membuat beberapa pengkhotbah mengkhotbahkan tentang berkat. Topik khotbah yang paling disukai oleh jemaat, apalagi dalam kondisi seperti ini. Gue bukannya melarang si pengkhotbah mengkhotbahkan itu, hanya saja sebagian jemaat memiliki pemikiran ‘berkat = uang melimpah’. Itu emang one of God’s blessing, tapi kalau pikiran kita sesempit itu, kita bisa kecewa sama Tuhan apalagi dalam kondisi ekonomi yang kaya gini. Kalau ukuran berkat itu uang, kita pasti merasa bahwa tidak ada berkat Tuhan ketika kondisi kantong ‘agak’ kering.

dan lantas kita bertanya, ‘Mana Berkatnya??’

Sejak dalam kurun waktu 4 bulan belakangan ini gue mengalami 2 kali jatoh dari motor (jangan tanya gimana ceritanya, panjaang :p). Gue jadi menyadari bahwa berkat Tuhan itu nggak hanya berupa uang, tapi berupa perlindungan, keamanan, kesehatan, damai sejahtera, sukacita dan yang lainnya. Pengalaman 2 kali jatoh dari motor membuat gue lebih bisa bersyukur ketika gue sampai di rumah setelah aktivitas seharian karena gue menganggap bahwa karena perlindungan Tuhan gue bisa selamat tanpa kekurangan suatu apapun.

Pernah nggak denger cerita kalau ada orang yang punya harta berlimpah, tapi hidupnya gelisah terus? Nggak ada damai, nggak ada sukacita, mau tidur harus minum obat tidur. Kalau kita masih mengukur ‘berkat = uang’, apakah orang tersebut orang yang paling diberkati?? Gue rasa nggak, buat apa punya harta berlimpah tapi hidupnya selalu gelisah dan tidak bisa menikmati harta yang dimiliki.

So, yuk kita sama-sama instropeksi, apakah kita masih mengukur ‘berkat = uang’, kalau di pikiran kita masih seperti itu, kita akan susah buat mengucap syukur. Karena kita berpikir bahwa saat kita bokek, Tuhan nggak berkati kita. Padahal, Tuhan kan punya berkat dalam bentuk lain yang harus kita syukuri. Kalau sampai hari ini (meskipun duit pas-pasan), kita masih sehat, dilindungi Tuhan, ngerasa sukacita, damai, ayo mengucap syukur buat berkat Tuhan yang itu!

Yang udah lama nggak mengucap syukur, ayo ambil waktu sebentar untuk mengingat kebaikan Tuhan dan berkata, “Terima kasih Tuhan buat berkatMu dalam hidupku.”


You Might Also Like

0 komentar

pliss give your comments to encourage me :)

Subscribe