Abang Bajaj yang Aneh

18.46

Huaaahh finally bisa nulis (lagi) di blog. Sebenernya bukan karena lagi nggak ada ide tapi lagi mabok dengan segala kerjaan yang ada. Mungkin bukan salah kerjaannya tapi karena aku kurang bisa atur waktu dengan baik.huhuhu.

Pluuuss ntah kenapa sebulan belakangan ini lagi merasa capek sekali, kayaknya jam 11 malem aja udah ngantuk banget ngeeet ngeeet, padahal dulu eyke ini jagoan begadang. Mungkin inilah yang dinamakan faktor U! Hahahaha.

Okay, let’s start.
Setiap aku berangkat ke kantor, aku biasanya selalu jalan kaki dulu sebelum naik Mikrolet. Dan seperti pada pagi-pagi biasanya, waktu aku lagi jalan kaki, tiba-tiba ada bajaj lewat dari arah berlawanan dan manggil aku. Aku cuma kasih lambaian tangan yang memberi tanda tidak mau naik bajaj. Lalu aku lanjutin jalan aku, tiba-tiba si bajaj yang tadi puter balik dan ketika sejajar dengan aku dia manggil lagi, lalu aku bilang, “Nggak Bang saya nggak mau naik bajaj.” Tiba-tiba si abang marah, gebrak pintu bajaj dan bilang, “Ngen****!”.

Aku sampe tercengang! Langsung bengong dan mikir, ‘gila tuh abang bajaj kenapa coba, gue kan emang dari awal nggak kasih tanda mau naik bajaj.’ Trus aku langsung misuh-misuh gituh selama di Mikrolet, kesel! Hahaha.

Sesampainya di kantor aku masih sempet cerita ke temen kantor keanehan yang aku alamin pagi-nya tapi anehnya ketika aku ceritain hal itu, sudah tidak ada rasa kesal sama sekali. Aku berasa aneh, karena aku ini salah satu love language-nya itu words. Jadi kalau ada orang yang memaki dengan kata kasar untuk aku, pasti bisa berasa sakit hati banget.

Then, I realize something.

Aku nggak merasakan kesal atau sakit hati berkepanjangan karena aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan si abang bajaj itu. Nggak ada hubungan pertemanan atau bahkan lebih :p
Pernah kan denger sebuah statement yang bilang, orang yang paling besar berpotensi untuk melukai hati kita adalah orang-orang terdekat kita.’ Aku super setuju dengan statement tersebut, hubungan yang semakin dekat justru adalah hubungan yang berpotensi untuk saling melukai.

Trus kalau gitu nggak perlu donk punya hubungan yang dalam dengan orang lain?

Eitss, Amsal bilang gini, Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya.’ Besi bisa saling menajamkan ketika ada dua buah besi yang diletakkan berdekatan lalu digesekkan satu dengan lainnya. Begitu pula juga dengan kita manusia, kita bisa saling menajamkan ketika kita terlalu dekat dengan orang lain sampai bergesekkan. Saat itulah karakter kita akan ditajamkan, lewat konflik-konflik yang muncul, respon kita akan diuji, dan kedewasaan kita akan perlahan muncul.

Aku kurang setuju dengan orang yang suka bilang : “Aku nggak butuh orang lain. Aku bisa sendiri.” Kita ini memang sudah di-design menjadi mahluk sosial dimana kita membutuhkan orang lain. Kita butuh orang lain untuk menolong kita saat lemah, dan kita butuh orang lain untuk menajamkan karakter kita.

So, jangan pernah takut untuk memiliki hubungan yang dalam dengan orang lain. Jangan pernah takut disakiti, karena kita butuh orang lain agar karakter kita bertumbuh. Yang merasa pernah disakiti oleh orang-orang terdekat kita (ntah itu sahabat, pacar, orangtua atau apapun), jangan trauma. Jangan pernah stop untuk membangun hubungan, karena orang-orang terdekat-mu itu ditaruh Tuhan supaya karakter-mu teruji dan berubah oleh karena mereka.



 Let's take a look! Bersyukurlah untuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Mereka adalah alat Tuhan untuk membentuk karakter kita =)

You Might Also Like

0 komentar

pliss give your comments to encourage me :)

Subscribe