Book Review : Amoi
16.19
“Amoi-amoinya terkenal cantik dan
ulet. Konon amoi-amoi ini lebih banyak memilih bersuamikan lelaki dari
mancanegara, terutama Taiwan. Suatu fenomena yang akhirnya sering dikategorikan
sebagai bagian dari praktik perdagangan manusia. Benarkah demikian?”
Adalah
seorang penulis muda yang begitu tertarik dengan kebudayaan etnis Tionghoa,
Shintia Arwida. Untuk memuaskan dahaganya akan pengetahuan yang lebih besar
mengenai tradisi Tionghoa, Shintia memutuskan untuk menjadikan hal ini sebagai
proyek penelitiannya. Dan cara terbaik untuk mengetahui lebih dalam adalah
dengan tinggal di kota Singkawang, kota dimana kebudayaan etnis Tionghoa masih
sangat kuat bercokol di dalamnya.
Selama
masa penelitiannya di Singkawang, Shintia ditemani oleh seorang wanita bernama
Bong Su Yin. Melalui Bong Su Yin, Shintia diajak untuk masuk dan merasakan
sendiri kebudayaan Tionghoa di kota Singkawang. Untuk membantu Shintia berberes
rumah, Su Yin memberikan seorang amoi bernama Phang Lie Cu (A Cu), melalui
gadis ini Shintia melihat langsung dengan mata kepala sendiri betapa kerasnya
kehidupan amoi-amoi Singkawang.
Kemiskinan
yang membelut membuat kebanyakan orang tua tidak mengizinkan anak perempuannya
sekolah tinggi dengan alasan, ‘nanti anak
perempuan toh akan kembali ke dapur. Mengurusi suami dan anak-anak, buat apa
sekolah tinggi-tinggi’. Anak-anak perempuan disana cukup mengecap bangku
pendidikan sampai SD saja dan setelah itu menunggu dikawinkan dengan lelaki Taiwan melalui Mak Comblang. Harapan
mereka hanya satu, setelah menikah dengan lelaki asing, mereka akan mendapat
banyak uang dan bisa mengirim uang kepada keluarga di Singkawang.
Tradisi
menikah itu memupuskan banyak harapan dari amoi-amoi Singkawang. Mereka tidak
mampu melawan keinginan orang tua, tidak
mampu melepaskan diri dari kemiskinan yang menjerat. Sayangnya, tidak semua
nasib amoi-amoi itu beruntung. Ada yang menikah dengan pria yang belum pernah
ditemui sebelumnya dan ternyata pria tersebut sama miskinnya.
Buku
ini sangat menarik, menggambarkan kisah nyata kehidupan Singkawang dengan
bahasa sehari-hari yang sangat ciamik. Mya Ye mampu mengolah berbagai kisah
yang terjadi selama penelitian Shintia menjadi satu rangkaian cerita yang
membuat pembaca tidak bisa berhenti sebelum seluruh halaman dibaca. Yang paling
saya suka dari buku ini adalah penggunaan kata-kata yang digunakan penulis,
sederhana tapi unik. Buku yang bisa dibaca saat santai namun sarat dengan nilai kehidupan.
Pengarang : Mya Ye
Tebal Buku : 316 halaman
Harga : Sekitar IDR 45000
0 komentar
pliss give your comments to encourage me :)