Diam Tidak Selalu Emas
15.58
Beberapa minggu yang lalu waktu lagi dalam perjalanan, Youth
Pastor-ku cerita kalau dia lagi marah banget sama 1 orang (Call her : Mawar),
dan dia bilang kemarin dia tegur si Mawar itu karena kesalahan dia. Waktu aku
denger cerita dia, hati-ku tersentak. Bukannya apa, si Mawar ini juga pernah
melukai hati-ku berkali-kali. Aku cerita ke Youth Pastor-ku bahwa si Mawar ini
pernah ngomongin tentang aku di belakang yang jelas-jelas tidak benar dan itu
nggak hanya sekali. Dia sampe heran, kenapa selama ini aku diem-diem aja, selain
nggak cerita, aku juga nggak bilang sama si Mawar kalau aku marah sama dia.
“gue nggak mau ngomong ke si Mawar karena gue tau kalau gue
bahas ke dia, dia pasti ngadu-ngadu lagi ke yang lain. Dia aja udah cerita ke
orang-orang tentang gue padahal itu nggak bener.”
Diam itu emas kan?
Tapi ternyata tidak selalu. Malam itu, aku dikasih
pengertian bahwa itu akan menjadi bibit perpecahan di Youth (kami sama-sama
pelayanan anyway) dan YP-ku minta aku segera lakukan pemberesan. Minta maaf ke
dia karena tanpa sadar diam-nya aku selama ini justru salah karena tanpa sadar
aku memendam amarah ke dia, yang bikin aku jadi sulit untuk bersikap hangat ke
si Mawar ini.
Duh jujur nggak mudah banget untuk aku, karena aku nggak
salah loh! Yang salah tuh si Mawar. Kenapa mesti aku yang minta maaf!?!
Akhirnya aku memutuskan untuk taat sama Firman Tuhan,
memutuskan untuk melakukan pemberesan hati dengan Mawar. Tadinya aku pikir mau
di hari Minggu aja pas ketemu, dengan pikiran kalau nih anak mau ngeles, aku bisa
baca air muka dia! Tapi itu motivasi yang salah!hahaha. Di hari Sabtu malam,
Tuhan buat aku gelisah banget untuk segera melakukan pemberesan dengan dia. Aku
berdoa minta kekuatan dan kasih dari Tuhan, then I called Mawar.
“Mawar, gue minta maaf karena selama ini gue memendam amarah
sama lu karena …………..”
Pas mau ngomong keluarnya susah setengah mati, tapi begitu
keluar, aku langsung merasakan kasih Tuhan dan rasanya legaaa sekali. Menyimpan amarah/kepahitan di hati adalah seperti kita minum racun tapi berharap orang lain yang mati. Sebaliknya, pengampunan selalu memberikan kedamaian di dalam hidup.
Jadi diam itu gak selalu emas. Aku jadi belajar bahwa ada
hal-hal yang memang harus dikomunikasikan terutama terkait konflik dengan orang
lain. Yang perlu kita pastikan adalah ketika kita mengkomunikasikan hal
tersebut, kita gak lagi dalam kondisi yang emosi. Aku bisa bayangin kalau saat
aku lagi marah-marahnya trus aku langsung konfrontasi ke Mawar, yang ada tambah
kacau.
"Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa;
berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam."
(Mazmur
4:4)
Tuhan nggak pernah larang kita untuk marah, marah boleh tapi
saat marah tutup mulut. Setelah itu segera lakukan pemberesan. Pemberesan itu
bukan berarti masalah langsung selesai, tapi hati kita yang udah selesai.
Sebagai contoh cerita aku dan Mawar di atas, kalau misalnya saat aku minta maaf
si Mawar gak terima malah jadi marah sama aku, itu respon si Mawar. Yang
penting hati aku udah melepaskan pengampunan.
Yang perlu kita cek adalah hati kita, kalau kita diam tapi
sebenernya di hati kita ada ganjalan, masih ada rasa marah, kesel, kecewa. Let’s
calm yourself, minta kekuatan dari Tuhan dan segera lakukan pemberesan. Belajar
untuk mengkomunikasikan apa yang ada di hati dan pikiran kita. Kita harus inget
bahwa segala sesuatu itu bersumber dari hati, kalau hati kita pahit maka apa
yang keluar di hidup kita juga pasti kebencian.
Stop berkata : yaaudahlah nanti lama-lama juga hilang.
Tidak semua luka bisa sembuh karena waktu, seringkali waktu
bukan menyembuhkan luka tapi membusukkan luka.
For the Spirit God gave us does not make us timid, but gives us power, love and self-discipline.
-2 Timothy 1:7-
0 komentar
pliss give your comments to encourage me :)