A Hello dan Berdamai dengan Diri

13.54


Hai all, it's really been a loooonnnggg time aku gak update blog. Terakhir bulan November donk, syedih kan yaa. It will be a loongg post (yaa iyalah yaa udah lama nggak update), dan full curhat maybe.hehehe. 


Di postingan di atas, aku cerita kalau aku pindah kantor, dan sekarang aku mau kasih tau bahwa aku-pun sudah mau pindah kantor lagi. 

WHAT!? Secepat itu!?? 

WHY!?
Aku-pun bingung nih kalau ditanya soal ini, kemarin aku ini dilanda stress yang begitu parah sampe aku berpikir bahwa aku bisa gila gara-gara ini.

Waktu aku cerita ke beberapa orang, bahkan waktu aku cerita ke ortu-ku, mereka berpendapat bahwa aku berlebihan, aku nggak tahan banting, dsb.

Dan karena aku ini orang-nya juga gengsi-an, dan gak mau cepet mundur, aku terus jalanin, aku tetep melakukan aktivitas seperti biasa. Tapi ternyata, hari demi hari aku koq makin stress, kerja di bawah ketakutan, sampe di suatu hari, aku chat mama-ku, aku say sorry karena aku mau ajuin resign.

Alasan ke-2 kenapa aku mau ajuin resign juga karena aku merasa sulit untuk bisa respect lagi dengan atasan-ku. Aku tau bahwa nggak ada bos yang sempurna, tapi aku sudah nggak bisa tolerir lagi, daripada aku kerja tapi aku nggak bisa hormat, mending aku cabut.

Tepat tanggal 26 Maret kemarin, aku bilang aku mengundurkan diri. Saat itu, aku belum mendapat pekerjaan yang baru lagi. Nekat? Yaa bisa dibilang seperti itu. Aku-pun udah pikirkan matang-matang, kalo sampe aku lama nganggur yaa aku terima konsekuensi-nya. Udah mikir harus hemat banget, tapi di sisi lain aku bisa enjoy baca buku (udah stock buku malah.hehe).

Sejak tanggal 26 Maret itu, ada kelegaan luar biasa di hati. Rasanya beban terangkat seketika, tapi di sisi lain ada 1 perasaan juga yang menghantui yaitu : merasa gagal.

Aku sampe mengutuki diri-ku sendiri, aku kemarin ini saking minder-nya, aku nggak banyak apply kerjaan di Jobstreet karena aku merasa yaa mungkin memang aku nggak cocok untuk ngajar dan bikin materi. Aku sampe mikir mau kerjaan admin aja yang aman, sampe segitu-nya coba.

Nggak jarang juga aku ucapin kata-kata yang sia-sia ke diri-ku : aku payah, aku nggak berguna, S2-ku nggak berguna, nggak bikin orang tua bangga. Dan dengan berkata seperti itu, aku semakin merasa aku adalah loser. Udah nggak terhitung berapa kali aku doa ke Tuhan, aku cry out, minta Tuhan tolong aku. Aku merasa banget bagaikan onggokan sampah. Pokoknya minder parah deh kemarin ini.

Namun di tengah kepayahan kemarin, satu hal yang aku syukuri adalah aku bergabung dengan Bible Reading Group, dimana di grup tersebut kita posting rhema apa yang kita dapet dari perenungan Firman Tuhan. Dalam 1 bulan, kita cuma dapet kesempatan untuk tidak posting 3 kali, kalau lebih dari 3 kali bakal di kick dari grup, jadi mau nggak mau harus baca!hehehe.

Dan yes bener banget bahwa Firman Tuhan itu hidup. Perlahan-lahan, dengan terseok-seok aku berusaha untuk bangkit, memang terkadang ada hal-hal dalam hidup yang kita nggak bisa ubah. Trus gimana donk?

Yaa hadapin! Berdoa dan berserah. 

Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.
-Amsal 12:25-

Suatu hari, di tengah keputusasaan, aku lagi liat-liat Youtube dan melihat sebuah khotbah dari Ps. Juan Mogi yang judulnya : Membalikkan Keadaan. Wah aku langsung tertarik banget dan dengerin khotbahnya. Khotbahnya singkat cuma sekitar 20 menit tapi berhasil mengubah cara pandang-ku. Disitu mengajarkan bahwa ada kuasa dalam perkataan, jadi jangan main-main dengan perkataan kita.

Ps. Juan Mogi bilang, kalau kondisi kita lagi nggak baik, jangan malah keluar kata-kata negatif, itu akan melemahkan iman kita. Justru harus keluar perkataan iman!

So, aku coba.

Setiap pagi begitu aku bangun, aku bilang : Terima kasih Tuhan, hari ini hari yang telah dijadikan Tuhan, hari ini aku diberkati, aku berhasil, dsb.

Ternyata kuasa perkataan itu sebesar itu, aku mulai perkatakan janji-janji Tuhan di dalam Alkitab.

Perlahan aku bangkit.

Aku berdamai dengan diri-ku sendiri, aku menerima semua kegagalan-ku, aku bilang ke diri-ku sendiri : it's ok to failed, tapi harus bangkit. Ini bukan kondisi yang Tuhan mau.

Di postingan berikut-nya aku mau cerita lebih rinci tentang kegagalan yang aku hadapi selain di pekerjaan. Aku merasa bulan ini tuh bener-bener menghempas aku ke titik-titik terendah dalam hidup aku. Aku merasa seperti butiran debu yang nggak diperhitungkan oleh orang lain.

Tapi aku juga belajar, bahwa seringkali Tuhan membuat kita ada di titik-titik terendah dalam hidup kita supaya kita semakin sadar bahwa we are nothing without Tuhan dan Tuhan itu cukup untuk kita. Bener deh saat-saat seperti ini, aku bersyukur aku mengenal Tuhan yang aku sembah. Dia Tuhan yang selalu baik! =)

Yang lagi mengalami kegagalan juga, stop blame yourself.
Terima, hadapin dan minta kekuatan dari Tuhan.

Inget, Tuhan nggak pernah mau kita lama-lama ada di kondisi itu, tapi Tuhan izinkan kita ada di kondisi seperti itu untuk kita belajar lemah lembut dan rendah hati.


You Might Also Like

2 komentar

  1. Wow, kok aku ngerasa anak Tuhan lagi banyak dibentuk soal ini ya. Soal gagal, perkataan sama diri sendiri .. Kadang2 ga sadar kita naruh diri sendiri dlm kondisi yg ga ada harapan karna udah punya "standar manusia" yg ga sanggup kita raih. Puji Tuhan cepet bangkit ya Kez. Krn kebohongan2 di kepala kita bisa bikin kita remuk luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak seringkali kita sbenernya cuma gagal penuhin standard yang dibuat manusia padahal belum tentu itu jadi standardnya Tuhan.

      Hapus

pliss give your comments to encourage me :)

Subscribe