2 Telinga 1 Mulut

09.09

Kayaknya kalau ditanya, dari keseluruhan bagian tubuh-ku yang mana yang paling kuat. Aku bakal jawab : bibir! Why?? Aku ini bawel dan jago ngomong bahkan kayaknya bibir-ku ini bisa buat tumpuan push-up saking kuatnya! #lebay hahahaha. 

Karena aku ini bawel en suka ngomong, seringkali aku jarang mendengarkan sampai selesai dan langsung memberikan opini. Pas training LEAD kemarin padahal diajarin tuh kalau sebagai good leader kita harus banyak mendengarkan. Kesalahan yang selama ini sering dilakukan adalah, 'kita mendengar bukan untuk memahami tapi untuk membalas.' Is it true?

Nah sejak denger hal itu dari training, aku pengen belajar untuk lebih banyak mendengarkan tapi ternyata belajar sesuatu hal di luar habit kita selama ini tuhhh susyeehh. Aku akan menceritakan kegagalanku dalam mendengarkan.

Jadi aku ini kerja di bagian HC (Human Capital) tepatnya bagian Training. Jadi aku dan manager-ku mengurus kebutuhan training seluruh karyawan termasuk mendaftarkan mereka training external. Jadi kalau ada karyawan kantor pusat yang mau ikut training, harus mengajukan permohonan dulu lewat aku, ditandatangani kepala Divisi HC, kalo approve baru aku daftarin dan urusin pendaftarannya. Kemarin ini, ada salah 1 divisi ngajuin permohonan training tapi trainingnya itu diadain keesokkan hari-nya, aku sempet sedikit ngedumel sih karena pengajuan-nya mepet gituh. Trus aku langsung buru-buru minta tanda tangan kepala Divisi HC untuk approval. Sebelum aku mendapatkan tanda tangan beliau, si orang yang mo ikut training telpon dan tanya apakah sudah bisa mendaftar, aku langsung bilang, "Nanti gue aja yang daftarin, elu tenang-tenang aja nunggu info dari gue."

Setelah mendapatkan tanda tangan beliau aku harus menghubungi vendor training untuk mendaftarkan orang tersebut. Ketika aku menghubungi vendor tersebut, vendor itu bilang gini, "Oh atas nama Budi (nama samaran) yaa mbak? Sudah didaftarin koq." Lahh aku kaget donk! Koq bisa-bisanya si Budi daftar sendiri. Sontak aku langsung ngedumel ke temen-ku dan didenger oleh atasan aku. Aku ngomel gini, "Gimana sih si Budi udah main daftar-daftar aja, kalo belum di approve gimana. Udah dibilang gue aja yang daftarin!" *nada ngedumel* Seketika manager-ku langsung samperin si Budi dan menanyakan hal ini. Setelah doi balik dari Budi, doi bilang kalo sebenernya mereka (divisi Budi) nggak daftarin tapi cuma menanyakan apakah masih bisa daftar tapi ternyata ditanggapi salah oleh si vendor. Si vendor mikir langsung daftarin.

Jeng jeng!! Aku langsung terdiam dan mikir!
Ya ampun aku terlalu cepat untuk menyimpulkan sesuatu, nggak denger sampe selesai dan langsung ngedumel. Kalo dipikir-pikir bodoh juga yaa, kesel untuk suatu hal yang nggak terlalu penting dan nggak bener juga.


Ternyata belajar mendengarkan itu nggak gampang yaa. Mendengarkan bukan untuk bales omongan orang lain, tapi mendengar untuk mengerti dan memahami apa yang orang lain pikirkan. Gambar di atas bagus banget, liat deh yang harus dipelajari pertama itu adalah mendengar bukan berbicara dan paling sering digunakan. 

Mungkin itulah kenapa Tuhan menciptakan 2 telinga dan 1 mulut. Tuhan tau bahwa mulut cuma 1 aja kekuatannya udah dahsyat that's why harus ada 2 telinga yang menyeimbangkan si mulut ini. So, mari kita sama-sama belajar untuk tidak hanya memaksimalkan kekuatan mulut kita, tapi juga memaksimalkan kekuatan telinga kita. 

Ketika kita belajar mendengarkan, kita juga belajar memahami.



You Might Also Like

0 komentar

pliss give your comments to encourage me :)

Subscribe